Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Keterampilan Metode Bertanya Guru

Keterampilan Metode Bertanya Guru


Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan sesuatu yang penting dan menjadi sebuah kebutuhan pokok. “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.”
Pendidikan sebagai bentuk kegiatan manusia, dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Salah satunya adalah tujuan pendidikan Nasional di Indonesia, seperti yang tertera pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Strategi dalam pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, maupun latihan-latihan. Dalam pengajaran, dikenal istilah belajar. Melalui belajar, anak sebagai harapan bangsa akan mencapai fungsi pendidikan, yakni cerdas dan berakhlak mulia juga memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam pendidikan saat ini, guru seringkali mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung, salah satunya yaitu kurang aktifnya atas motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, apalagi pada mata pelajaran yang mereka anggap sulit.
Pada mata pelajaran fiqih, umumnya para guru hanya menggunakan metode konvensional dalam mengajar, yaitu hanya sebatas ceramah. Dan tidak memakai media pembelajaran lain selain buku ajar, spidol, dan papan tulis. Selain itu juga umumnya kreatifitas guru dalam mengajar cenderung kurang. Padahal, kreatifitas guru dalam mengajar sangat penting dan dibutuhkan. Umumnya variasi-variasi dalam mengajar disukai oleh siswa agar pembelajaran lebih menyenangkan.
Untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan mengajar agar lebih optimal. Bermacam-macam usaha telah dilakukan untuk meningkatkan aktivitas proses belajar dan mengajar, tetapi peningkatan mutu pendidikan belum seluruhnya berhasil bagaimana yang diharapkan oleh masyarakat, pemerintah maupun oleh para pendidik. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar dan mengajar.
Dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa, seorang guru juga seharusnya melibatkan siswa. Sebagaimana yang dijelaskan didalam buku karangan Benny. A. Priadi “ guru perlu menyiapkan mental siswa sebelum aktivitas pembelajaran dimulai. Pertanyaan-pertanyaan ringan yang terkait dengan materi pelajaran akan dapat membuat siswa siap untuk mengikuti aktivitas pembelajaran. Guru dan instruktur perlu memberi informasi tentang tujuan dan kompetensi yang akan di miliki siswa setelah mengikuti aktivitas pembelajaran.”
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada para siswa untuk banyak alasan. Pertanyaan-pertanyaan seperti “apakah jari-jari kakimu pernah digigit buaya?”. Ditanyakan untuk membangkitkan minat serta mendapat perhatian siswa. Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong siswa berfikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman siswa.
Menurut teori Taksnomi Bloom, teorin mengenai klasifikasi berbagai ilmu pengetahuan ada enam macam pertanyaan yang baik untuk dijadikan pedoman tanyajawab, yaitu:
1.     Pertanyaan mengenai ingatan, memori atau hafalan
2.    Pertanyaan untuk mengecek pemahaman atau insight
3.    Pertanyaan mengenai penerapan atau application of science
4.    Pertanyaan analisis
5.    Pertanyaan kemampuan berpikir-pikir kreatif atau syinthesis
6.    Pertanyaan bersifat penilaian atau evaluatif, yaitu pertanyaan bersifat mencek pengertian, pemantapan, yang umumnya dilakukan guru pada pengakhiran proses belajar dan pembelajaran yang biasa disebut pos test.
Pada pembelajaran fiqih perlunya keterampilan guru dalam bertanya karena seringkali siswa merasa bosan dengan metode dan tata cara menyampaikan materi. Dalam pembelajaran fiqih metode ceramah lebih dominan sehingga kesempatan bertanya siswa mengenai materi menjadi tidak tersampaikan. Maka dengan kejadian seperti ini kegiatan pembelajaran kurang aktifitasnya siswapun ragu padahal mereka memiliki pertanyaan yang amat penting. Kurangnya minat pada pembelajaran fiqih ditandai adanya perilaku siswa yang mengabaikan dan kurangnya respon, mungkin kurangnya rangsangan guru kepada siswanya.

Daftar Pustaka
·    Priadi, Benny. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: DIAN RAKYAT, 2011
·   Departemen Pendidikan Nasional, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:Mini Jaya Abadi, 2003
·   Fathurorrahman, Pupuh,. dkk.  Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama, 2007
·       Gene E. Hall,.dkk,. Mengajar dengan Senang Hati. Jakarta: PT Macan Cemerlang, 2008
·       Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jaktim: Uhamka Press, 2030
·   Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Post a Comment for "Keterampilan Metode Bertanya Guru "

close